Puisi Mulyadi J. Amalik
Kala hari sepertiga malam. 
Sang Dalang bersendu kepada Tuhan.
Memohon ijin keramaian waktu.
Menolak digusur mesin pabrik hiburan.

Kala jam separuh putaran malam.
Sang Dalang menyusun agenda harapan.
Bertapa dalam pekat angin gelap.
Menyapa embun wahyu misi perjuangan.

“Apakah itu Engkau, Tuhan?”
tanya Sang Dalang pada bisikan angin.
“Jangan tanya aku, revolusi di tanganmu!”
jawab suara gelap.
Sang Dalang terperanjat.
Menyangka wangsit Tuhan segera didapat.

Sang Dalang beringsut ke bilik tidurnya.
Ia menilik radio transistor empat baterai.
Siaran menyala merah sepanjang malam.
Memutar mundur ulangan pidato Presiden:
“Revolusi mental di tanganmu!”
“Tak ada jalan menikung!”
“Mampuslah tiap jiwa pendusta!”

Getar radio setara sinden menembang.
Sang Dalang berang tertipu penyiar dalu.
Sang Dalang malu disoraki para wayang.
Ia berjanji menggugat tipuan suara radio.
Mengadili polusi siaran pencemar dini hari.
Biar terbit bersih menjumpai cahaya pagi.

Peneleh, Surabaya: 11/12/2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *