Esai Oleh Kornelius Moa Nita, S.Fil

Kemajuan jaman baru yang ditandai dengan globalisasi dan perdagangan bebas telah mendorong semua negara bersaing ketat dalam bidang teknologi industri dan pertahanan militer. Di negara-negara maju, teknologi dan industri semakin hari semakin pesat. Negara -negara berkembang pun terus berlomba-lomba membangun kemitraan dagang dengan negara-negara yang sudah maju. Negara-negara Asia (Cina, Jepang, Korea Selatan dan India) dan negara-negara Eropa dan Timur Tengah, seperti Perancis, Rusia, Arab Saudi, dan Yordania, serta negara Amerika Serikat (AS) dan Amerika Latin, seperti Brasil dan lain-lain terus membidik Indonesia sebagai lahan perebutan kekayaan alam, minyak, mineral, tenaga nuklir, tambang, komoditi kelapa sawit dan proyek pertanian dan perkebunan, dan lain-lain.

Eskalasi persaingan global yang ditandai dengan persaingan pasar bebas, sering memicu persaingan dagang yang tidak sehat dan kemudian memicu ketegangan dan konflik yang berujung pada ekspansi kekuatan militer. Konflik demi konflik antar negara terus meningkat bahkan bisa saja akan terjadi pertempuran besar baik antara negara-negara kuat maupun peperangan antara negara- negara besar menguasai negara-negara yang sedang berkembang dengan tujuan menguasai aset-aset kekayaan alam.

Gesekan besar antara AS dan Cina yang saling berperang tarif impor beberapa waktu lalu merupaan bukti nyata bahwa ancaman itu ada dan makin tajam. Dua negara impor dan ekspor Indonesia terbesar ini telah menyerat puluhan negara di dunia terlibat dalam konflik dagang yang makin memanas. Dunia terbelah dalam tiga kekuatan dagang raksasa yaitu blok AS, China dan Rusia. Peristiwa ini bukanlah sejarah baru tetapi sejarah lama yang kini membuka kembali lembaran baru di atas kitab suci perdagangan bebas.

Ekspansi Kebudayaan Cina

Pertanyaan kita, mengapa Cina kini terlihat leluasa menguasai perdagangan dunia dengan gesit melakukan ekspansi barang-barangnya menguasai pasar-pasar dunia, mulai dari Asia, India, Timur Tengah, Afrika, Eropa hingga AS. Mengapa Cina mampu menjadi negara Asia terkuat dalam bidang teknologi dan industri dan perdagangan? Tentu bukan karena Cina negara komunis yang centralistis, tetapi Cina mampu bangkit dengan strategi khusus melalui bidang kebudayaan turun-temurun yang sulit dipatahkan. Kemandirian dan etos kerja yang disiplin dan tekun warga negara dan Pemerintah Cina menjadi fundamen kemajuan.

Budaya kerja sama dan kerja keras menjadi urat nadi dan darah daging setiap warga negara Cina untuk sama-sama berjuang mewujudkan kemajuan negara mereka untuk mencapai kesejahteraan bersama. Selain budaya-budaya yang membangun diri mereka, Cina terkenal sangat kuat dalam mempertahankan kebudayaan bangsanya sebagai benteng kokoh yang sulit diruntuhkan negara manapun. Cina tidak hanya membangun kekuatan militer untuk mengamankan negara dari serangan musuh, tetapi mereka juga membangun kekuatan identitas kebudayaan warisan leluhur berabad-abad sebagai sebuah sistim pertahanan negara yang kokoh.

Bukti dari Cina memiliki kekuatan kebudayaan yang kokoh adalah mereka mampu melakukan infiltrasi, penetrasi dan ekspansi kebudayaan mereka melalui produksi-produksi dagang mereka, melalui ilmu pengetahuan (bahasa), seni budaya dan dunia perfilman yang menembus film-film box office dunia. Gerakan kemajuan kebudayaan Cina makin menggeliat. Ketika kebudayaan mereka mulai dicintai warga negara lainnya, maka otomatis produk- produk dagang mereka pun sangat laris di pasaran dunia. Apalagi mereka tak mau menjual terlalu mahal. Biar murah yang penting laris manis sehingga produksi dalam negeri terus meningkat. Itulah strategi Cina menguasai dunia.

Bangsa Cina telah lama melakukan revolusi kebudaan membangun kebudayaan yang kuat bukan hanya di dalam negeri tetapi menjamur ke seluruh dunia. Jadi mereka berkembang maju bukan hanya mengandalkan kekuatan SDM dan teknologi industri semata, tetapi juga ditopang oleh kekuatan sistem kebudayaan yang kokoh sebagai alat pertahanan bangsa selain kekuatan militer yang menopang. Kebudayaan telah menjadi darah-daging kental dan jati diri bangsa. Contohnya, di manapun mereka berada dalam dunia manapun mereka tetap mempertahankan indentitas budaya mereka.

Bagaimana dengan Bangsa Indonesia? Bangsa Indonesia tidaklah mudah dalam mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan sebagai strategi pertahanan keamanan untuk mengusai dunia. Dalam konteks global, Bangsa Indonesia yang terkenal dengan kebudayaan yang super pluralistik ( majemuk) mempunyai tantangan yang sangat kompleks. Meskipun memiliki kebudayaan pluralistik yang unik dan beraneka ragam, namun tidaklah mudah kebudayaan yang pluralistik itu menjadi sebuah kekuatan atau alat pertahanan bangsa. Dengan kata lain, kekayaan kebudayaan itu di satu sisi membawa keuntungan namun sisi lain menjadi tantangan tersendiri jika tidak dikelola secara baik.

Bukti kejayaan Sriwijaya dan Majapahit yang pernah berjaya menguasai Nusantara dan kemudian kalah dan runtuh menjadi sebuah pembelajaran sejarah bagi bangsa Indonesia yang pluralistik. Karena tidak kuat dan tidak bersatu secara budaya, ilmu pengetahuan dan pertahanan militer, akhirnya Nusantara jatuh ke tangan asing karena mudah dipecah-pecah penjajah.

Keruntuhan sejarah dan Kebudayaan Sriwijaya dan Majapahit yang sempat berpengaruh di dunia itu kemudian diikuti oleh perpecahan yang terus menerus terjadi di mana terjadi peperangan raja-raja dan perpecahan dalam Nusantara yang kemudian Nusantara dikuasai oleh Serikat Dagang Belanda (VOC), Portugis, Inggris, dan Jepang. Bangsa-bangsa asing tersebut akhirnya menguasai aset-aset kekayaan alam Indonesia dan menerapkan kebudayaan mereka selama puluhan abad di Nusantara. Kemudian lahirlah Indonesia yang juga tetap dibawa kendali asing hingga Soekarno- Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pancasila Jati Diri Budaya Bangsa

Menyadari perbedaan budaya, perbedaan agama, adat istiadat, bahasa dan suku bangsa yang begitu banyak, di mana terus terjadi konflik dan ancaman baik dari luar maupun dari dalam, maka Presiden Ir. Soekarno mencetuskan Pancasila sebagai ideologi bangsa, Pancasila sebagai penyatu, perekat, pengikat erat seluruh kebudayaan bangsa yang beraneka-ragam dalam semboyan besar “Bhineka Tunggal Ika”. Jadi Pancasila bukan saja sebagai ideologi bangsa tetapi juga menjadi Jati Diri Kebudayaan Bangsa Indonesia yang menjadi benteng pertahanan bangsa yang telah teruji hingga saat ini.

Seluruh nilai budaya kerja keras, gotong royong, etos kerja, disiplin dan kemandirian serta persatuan dan kesatuan yang beraneka ragam menurut Bung Karno menjadi kekuatan, menjadi roh persatuan yang sekaligus menjadi sistem pertahanan kebudayaan bangsa yang mengalir pada diri dan kepribadian setiap warga bangsa itu ada di dalam sila-sila Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam tubuh bangsa Indonesia ini harus mampu dipraktekan dalam membangun bangsa di segala bidang termasuk dalam membangun ekonomi dan perdagangan dunia dalam konteks global.

Menghadapi kondisi dunia saat ini yang penuh ancaman dan konflik multidimensi, Pemerintah dan rakyat Indonesia harus tetap membentengi diri dengan menjadikan Pancasila sebagai benteng ideologi yang sekaligus menjadi benteng kebudayaan Indonsia. Untuk itu Pancasila yang juga adalah jati diri kebudayaan bangsa haruslah tetap jadi pedoman pertahanan bangsa. Untuk itu, maka kebudayaan-kebudayaan lokal yang menjadi fondamen dari kebudayaan nasional harus terus dilestarikan oleh seluruh rakyat terutama generasi muda Indonesia.

Gerakan pemajuan dan atau kebangkitan kebudayaan lokal dan nasional harus menjadi gerakan permanen yang menjadi kebutuhan mendasar dari seluruh warga bangsa. Karena hanya melalui kebudayaan yang terbangun kokoh memberikan peran besar dalam kemajuan bangsa baik nasional maupun internasional. Peran penting kebudayaan itu antara lain, sebagai identitas Nasional (ketahanan sosial budaya), pendidikan karakter (mencegah radikalisme dan terorisme, dan pertahanan wilayah untuk menanamkan semangat cinta tanah air atau semangat patriotisme)

Belajar dari negeri Cina yang kini menguasai dunia dengan industri dan perdagangan serta kebudayaannya maka bangsa Indonesia yang kaya raya akan kebudayaan sudah saatnya bangkit membangun kebudayaan nasional yang berlandaskan pada Ideologi Pancasila sebagai kekuatan besar bangsa dalam mendukung kemajuan pembangunan bangsa di berbagai bidang. Seluruh kebudayaan yang beranekaragam warisan leluhur harus dilestarikan. Meskipun tantangan serangan kebudayaan asing makin keras, namun identitas, ciri khas keaslian kebudayaan Indonesia harus tetap terjaga.

Semangat cinta tanah air, semangat cinta akan produk dalam negeri dan semangat cinta akan kebudayaan Indonesia harus tertanam dalam diri setiap warga negara Indonesia. Karena hanya melalui kebudayaan yang kokoh, bangsa Indonesia dapat bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Untuk itu gerakan kebangkitan kebudayaan harus ditopang oleh pemerintah pusat dan seluruh kepala daerah yang didukung oleh seluruh rakyat Indonesia dari waktu ke waktu.