Gotong Royong
Saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai ancaman baik dari luar maupun dari dalam. Ancaman tersebut bisa muncul akibat perang dagang yang kini makin memuncak. Di tengah ancaman besar tersebut situasi di dalam negeri pun muncul beragam persoalan bangsa seperti ancaman disintegrasi, ancaman perpecahan politik antar kubu dan tokoh-tokoh, masalah korupsi dan kemiskinan yang masih tinggi, perdagangan manusia dan beragam kejahatan hukum dan kriminal yang terus terjadi seiring kemajuan dunia teknologi dan informasi global yang makin marak.
Berbagai ancaman tersebut bukan saja terjadi di pusat pemerintahan ibu kota negara saja tetapi telah merebak hingga ke pelosok-pelosok daerah di seluruh Indonesia. Kondisi ini makin membuka jurang perpecahan atau kesenjangan sosial ekonomi yang dapat mengganggu stabilitas pertahanan dan keamanan. Hampir setiap hari muncul berbagai masalah sosial, ekonomi, budaya, politik dan hukum yang terus membuat bangsa Indonesia seolah kehilangan jati diri seperti kapal yang terombang-ambing di tengah lautan lepas. Bangsa kita seolah kehilangan arah atau kompas budaya gotong- royong yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa. Setiap daerah setiap kepala daerah dan setiap kelompok suku bangsa dan agama dan partai serta pemimpin politik yang seharusnya menjadi tokoh panutan bagi seluruh rakyat malah banyak yang terjebak dalam kepentingan politik dan golongannya tanpa lagi mendasari kehidupan pada dasar budaya gotong-royong sebagai fundamen yang telah terbukti ampuh dan sakti dalam sejarah awal berdirinya bangsa Indonesia.
Kondisi kehidupan yang melupakan atau mengabaikan semangat gotong royong ini bila terus terjadi ke depan, maka bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan kian terpuruk dan terencana pecah lantaran yang dipupuk adalah semangat intoleransi, semangat egosentrisme, semangat sentralistisme, dan semangat berbudaya asing yang berlebihan yang melupakan nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Semangat Proklamasi 1945, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Hal ikhwal mengenai budaya gotong-royong ini, oleh Presiden Ir. Sukarno sendiri, telah dijadikan kekuatan dasar dan gerak utama bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan bangsa. Gotong-royong telah menjadi senjata ampuh yang menjadi jiwa dan raga dari para pejuang dalam meraih kemerdekaan.
Gotong-royong adalah prinsip inti dari perjuangan bangsa. Bagi Bung Karno, gotong-royong adalah kerja bersama, bantu-membantu, dan pembagian hasil untuk kepentingan bersama; gotong-royong pun harus menjadi semangat dalam membangun negara Indonesia yang merdeka dan sejahtera.
Jadi, gotong-royong merupakan dasar persatuan bangsa Indonesia yang beragam. Gotong-royong menjadi prinsip kerja dalam membangun negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Gotong-royong juga menjadi semangat perjuangan. Artinya, gotong-royong digambarkan sebagai semangat perjuangan bersama untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam pembagian hasil, hasil dari kerja bersama harus dinikmati bersama-sama untuk kepentingan semua. Dalam kehidupan sehari-hari, Sukarno pun mendorong penerapan semangat gotong-royong dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, kehidupan sosial, maupun dalam beragama.
Gotong-royong kini menjadi landasan penting bagi semangat persatuan dan perjuangan bangsa Indonesia. Gotong-royong tidak hanya merupakan tradisi tetapi juga prinsip dasar dalam membangun negara dan mencapai kesejahteraan bersama. Di samping itu, Bung Karno juga menjelaskan dalam pidatonya pada (Hari Kelahiran Pancasila) 1 Juni 1945 bahwa Gotong Royong adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”.
“Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota yang terhormat Soekardjo, satu karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-sama! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong.”
Melihat situasi Indonesia saat ini sambil menerawang dan merefleksikan kembali pidato Sukarno tentang betapa pentingnya gotong-royong, maka kita patut merasa bangga menjawab bahwa gotong-royong masih tetap relevan sebagai kekuatan roh dari senjata fundamen kokoh yang masih tetap sakti. Pasalnya semangat gotong-royong pun telah mengantar bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta terus menjadi kekuatan utama dalam melanjutkan tongkat estafet pembangunan bangsa hingga saat ini menuju masyarakat adil dan makmur.
Nah, semangat dan nilai-nilai gotong-royong yang dicetuskan dan ditanamkan Sukarno ini harus tetap dijaga, dirawat dan dilestarikan sebagai kekuatan utama bagi para pemimpin: Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan para menteri, para wakil menteri, para kepala daerah sampai Kepala Desa dan RT/ RW dan dusun di seluruh Indonesia sebagai motor penggerak patriotisme, persatuan nasional, keadilan, pemberdayaan masyarakat dan kemakmuran bangsa. Dengan demikian, akan menggerakkan partisipasi rakyat lebih luas dalam kerja bersama, bergotong-royong membangkitkan bangsa dari bertahun keterpurukan. Ruang untuk itu sudah disediakan di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran seperti pendirian Koperasi Merah Putih di seluruh desa di Indonesia, juga pendirian Sekolah Rakyat untuk warga Indonesia yang paling miskin agar mampu Bangkit, Cerdas, Berdaya, dan kelak tak hanya mampu memutus rantai kemiskinan dirinya sendiri tapi juga mampu menjadi bagian dari kekuatan bangsa untuk Indonesia Emas.