
Karya: Siti Nur Aisyah
Di atas pasir yang menghitam,
air mata bumi tumpah tanpa henti.
Suara nelayan tercekik di angin,
mencari keadilan yang tenggelam di teluk ambisi.
Bukankah pernah ada sabda,
“Yang lapar akan kebenaran akan dipuaskan?”
Tapi kini, mereka lapar bukan hanya akan kebenaran,
melainkan akan tanah yang direnggut,
akan laut yang dibentengi pagar rakus oligarki.
Jeritan sawah, jeritan tambak,
tertahan di tenggorokan rakyat kecil.
“Di mana kasih yang dulu dijanjikan?
Mengapa tangan manusia menghunus pedang,
merobek nadi kehidupan di bumi ini?”
Di balik gemerlap gedung megah,
tangan-tangan kotor menyulam ketamakan.
Apakah semua ini untuk mereka,
atau untuk para raja yang mabuk kuasa?
Namun kami percaya,
keadilan tak bisa terus dikubur dalam debu.
Seperti badai yang menggulung kesunyian,
kebenaran akan bangkit, mengguncang takhta kezaliman.
Kami adalah suara yang tak terpadamkan,
perahu kecil yang menantang ombak keserakahan.
Dengan harapan sebagai dayung, dan perjuangan sebagai layar,
kami akan menembus gelap hingga cahaya kebenaran hadir.
Hidup rakyat yang berjuang!
Hidup bumi yang setia melawan penghancuran!
Tentang Penulis:
Siti Nur Aisyah (Aca) adalah seorang aktivis muda yang menulis dari luka dan harapan. Ia hadir di ruang-ruang sunyi, mencoba mengubah marah menjadi makna, dan menjadikan keberpihakan sebagai arah hidup.
Fokus pada isu-isu perempuan, pendidikan, dan keadilan sosial, Aca aktif dalam gerakan mahasiswa serta organisasi rakyat. Ia dikenal lewat gagasannya yang kritis dan komitmennya dalam membangun ruang aman bagi perempuan dan anak.
Baginya, menjadi perempuan adalah keberanian untuk tetap tumbuh meski dunia tak selalu ramah. Ia percaya bahwa perubahan dimulai dari keberanian bersuara dan keberpihakan pada mereka yang tertindas.